Senin, 04 Juni 2012

Pekan Rakyat Lahat

 slankersfansclub_baturaja, Pembukaan Pekan Rakyat Lahat untuk memperingati ulang tahun lahat yang ke - 142 thn kemarin berjalan dengan sukses.Pekan Rakyat ini dibuka oleh Bupati lahat H.Saifudin Aswari Riva'i,SE.Acara yang mendatangkan band papan atas ini disambut dengan antusias yang luar biasa oleh masyarakat Lahat.Tria changcuters terang - terangan di atas panggung mengatakan terkejut melihat antusias masyarakat kota lahat akan Pekan Rakyat Lahat ini dan antusias masyarakat atas konser changcuters kemarin.
Yang lebih mengejutkan dan tanpa di duga - duga kemarin juga hadir Arilasso sebagai tamu undangan pada acara pebukaan Pekan Rakyat Lahat.Kedatangan Arilasso sontak menambah kemeriahan acara dengan cara ikut menyanyikan lagu the changcuters.Pekan Rakyat ini akan di laksanakan selama 5 hari berturut- turut dan tidak ketinggalan dua band - band papan atas yang lain akan datang ke kota lahat ini seperti Once dan Slank.

Di jadwal kan Once akan tampil tanggal 20 mei 2011 dan slank akan tampil tanggal 21 mei 2011.
dan pada hari itu pula di resmikan 3 slankers, yaitu slankers Lahat sebagai tuan rumah sendiri, slankers pagar alam dan slankers baturaja. malam itu berjalan dengan mulus, walaupun diguyur hujan cukup deras. semua menikmati acara malam itu. dan tidak ketinggalan wahana yang akan hadir di kota lahat semuanya di gratiskan dan untuk semua masyarakat kota lahat ikut memeriahkan Pekan Rakyat Lahat ini.

Kamis, 03 Februari 2011

SLANK GELAR KONSER 27TH ANNIVERSARY DI PANTAI KARNAVAL ANCOL

CLOSEUP slankersfansclub_baturaja. Ribuan atribut Slank mewarnai pemandangan Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (11/12) malam. Dari bendera, spanduk maupun kaos dan berbagai atribut yang dipakai para Slankers. Mereka pun tak hanya datang dari Ibukota, namun dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Tangerang, Sukabumi, Cirebon, Pekalongan, Brebes, dan lainnya.
"Kami hanya ingin merayakan ultah band idola kami, Slank," ujar salah seorang Slankers dari Sukabumi yang menggunakan jasa kereta api untuk bisa sampai ke tempat penyelenggaraan konser.
Pengorbanan Slankers pun dijawab Slank dengan tampil membawakan sekitar 33 lagu dari album pertama SUIT SUIT HE..HE.. (GADIS SEXY) sampai album terakhir JURUS TANDUR. Dibuka dengan lagu Bang-Bang Tut pukul 20.15 WIB, Slank tampil sangat memukau. Slankers pun ikut berjingkrak saat beberapa lagu hits seperti Malam Minggu, Pulau Biru, Balikin, Tong Kosong, Gara-Gara Kamu, Biar Happy, dan Anyer 11 Maret mengalun.
Tak hanya itu, nomor duet pun disuguhkan Slank bersama beberapa penyanyi wanita papan atas Indonesia. Seperti Marshanda yang berduet di lagu I Miss You But I Hate You, Melly SHE di lagu Seperti Para Koruptor, dan SBY, Paquita Widjaya pada lagu andalan di album Slank ke-8, Full Moon Blues.
Drummer cilik jebolan IMB, JP Millenix yang berkolaborasi dengan Bimbim di lagu Kampungan, sedangkan Syahrini didapuk Slank untuk berkolaborasi di lagu cantik Terlalu Manis - sontak, para Slankers pun semakin panas hingga air harus disemprotkan ke atas penonton.
Dan seperti biasa, kritik sosial pun dilancarkan Slank lewat lagu-lagunya. Masalah korupsi sampai krisis air bersih yang terjadi hampir di seluruh pelosok tanah air. "Korupsi dan kolusi adalah perbuatan yang merusak, maka hukum pelaku korupsi seberat-beratnya, apalagi yang kelas kakap," ucap Kaka sebelum melantunkan lagu Nagih Janji, Seperti Para Koruptor, Birokrasi Kompleks, dan Krisis Air.
Dalam konser ultah ini, Slank juga membawa semangat sepakbola Indonesia di atas panggung. Mengingat saat ini persepakbolaan dalam negeri makin dicintai oleh publik tanah air. Puluhan bola berwarna merah pun ditendang ke arah penonton.
"Indonesia pasti menang," teriak Kaka yang langsung disambut lagu Bola dari album terbaru Slank, JURUS TANDUR yang merupakan album studio ke-18 mereka.
Di penghujung konser, Slank pun diberikan hadiah spesial oleh penggemarnya berupa bingkai uang menggambarkan wajah personel Slank. "Kami ingin bisa berkarya sampai 27 tahun lagi," ujar Bimbim sesaat sebelum menutup konser.

 CLOSEUP CLOSEUP    CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP CLOSEUP
       

Minggu, 23 Januari 2011

Maju Bersama Bintang

Concert,Slankissme | 16 Jan 2011
Sabtu, 16 Januari 2011, salah satu sponsor dr album SLANK yaitu YAMAHA motor mengundang SLANK untuk mengisi salah satu acara mereka mereka yang bertajuk “Maju Bersama Bintang”..
Acara ini juga dihadiri oleh banyak bintang-bintang selain slank, diantaranya BCL, FADE2BLACK, OVJ, dan juara dunia motoGP 2010 (hayo pada tau gak?), kalo loe semua jawab Valentino Rossi, salah banged loe semua..yang hadir disitu salah satu temennya rossi, yapz,Jorge Lorenzo, do’i juga ikut ngeramein acara yang berlangsung di JHCC sabtu, 16 januari 2011.
Gw gak bakal ngebahas seluruh acara disini, yg gw mau bahas cm slank doang,slow aje brur. Di acara ini awalnya SLANK dijadwalin bawain 4 lagu. Gosip jalanan, jurustandur, LOEHARUSGRAK, sama orkes sakit hati. Eh sayang banged, karena kelamaan durasi dan juga molor jadwalnya slank cuma jadi bawain 2 lagu doang, jurustandur dan gossipjalanan. Jadi kurang deh goyangnya, hehehehe.
Dan sayangnya juga perform slank kemaren juga minus mas abdee. Dikarenakan salah satu saudaranya ada yang meninggal dunia.
Tapi disamping minusnya abdeenegara dan slank yang cuma jadi bawain 2 lagu dari 4 lagu, eh ada surprise lain, disini mas ridho nge-jam bareng salah satu gitaris top Indonesia. Baron namanya, hayo slanker pada tau gak, baron itu sapa?hehehehehe….Ternyata Baron itu SLANKER juga lho..hehehehe…
Slank feat Baron ini bawain lagu gossip jalanan, coba deh loe pada bayangin kerennya kaya apa, Ridho disandingin ama Baron?MANSTABS Brads..hehehehehe….
sekian deh laporan dari gw,byar gk cuma bisa ngebayangin, niy gw kasih gambarnya dan kerennya acara tersebut..hehehehe…
PISS, LOVE, UNITY, RESPECT..

INDONESIAN WORKER APPRECIATION IN CONCERT 2011

MINTA DOANYA BUAT SLANKERS SEMUA PELOSOK NEGERI BUAT SLANK NYEBARIN VIRUS DI KOREA.

JADWAL :

INDONESIAN WORKER APPRECIATION IN CONCERT 2011
ANSAN, KOREA
Sunday, 6 Februari 2011.
  



Pemutaran Perdana FILM METAMORFOBLUS

Film SLANK METAMORFOBLUS Akan diputar di Solo,di Cinema Room Bale Subawiyata Omah Sinten, 24-30 Januri 2011. 2kali Tayang,16.00 & 18.30WIB htm:Rp.25rb

Baca Info Tentang FILM METAMORFOBLUS di Bawah Ini.


http://www.metamorfoblus.com/

Konferensi Pers Metamorfoblus


Jakarta, 21 Oktober 2010. Bertempat di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Rumah Pohon Indonesia dan Djarum Super menghadirkan film Metamorfoblus kepada media untuk pertama kalinya. Tercatat, lebih dari 100 insan pers hadir mewakili lebih dari 60 media, baik media cetak, elektronik dan on line.
Setelah pemutaran film Metamorfoblus, media berkesempatan untuk berinteraksi dengan Bunda, Slank, Produser, Sutradara, Djarum Super dan tamu istimewa kita, Joker. Joker yang berkesempatan hadir ini adalah, seorang bernama asli Brigadir Supriadi, seorang anggota polisi dari Batam yang juga seorang slanker. Penampilan Joker dalam film Metamorfoblus menarik perhatian media, sehingga tanya jawab seru pun berlangsung dengan sendirinya.

Film ini pun kemudian diapresiasi oleh media melalui pemberitaan, pembaca bisa search melalui mesin pencari (google misalnya) dengan kata kunci "metamorfoblus" atau "film slank" untuk bisa membaca sebagian ulasan media tentang film ini di media online. Banyak yang memuji dan tentu saja ada kritik dan saran yang kami artikan sebagai bentuk perhatian.

Penonton Itu Selalu Ada

Oleh : Satriyo Nindyo Istiko
sumber : http://flickmagazine.net/feature/260-penonton-itu-selalu-ada.html

Sebuah obrolan tentang bioskop alternatif dengan produser film dokumenter “Metamorfoblus”, Ursula Tumiwa.
“Metamorfoblus” adalah sebuah film dokumenter yang membahas kehidupan beberapa Slankers yang sangat dipengaruhi oleh Slank itu sendiri. Film ini disutradarai oleh Dosy Amar yang dahulu juga turut menyutradarai “Generasi Biru”. Melihat pengaruh Slank dalam kehidupan Slankers dan bagaimana Slankers menginterpretasikan lirik dari setiap lagu Slank dari sudut pandang mereka adalah sesuatu yang unik dan berbeda. Namun, itu bukanlah satu-satunya yang unik dari film dokumenter ini. Dengan band ikonik seperti Slank, film ini ternyata tidak dirilis ke jaringan bioskop komersil seperti film-film lainnya. Ursula Tumiwa, sebagai produser “Metamorfoblus dan “Generasi Biru”, pun menjelaskan mengenai apa penyebabnya dan bagaimana sistem distribusi “Metamorfoblus” yang akan menggantikan cara perilisan film yang umum tersebut.


Semua berawal dari keadaan yang mengkhawatirkan dari keadaan distribusi film di Indonesia. Di sini, hanya ada dua kelompok yang bisa mendistribusikan film-film ke berbagai wilayah Indonesia. Namun, bioskop tidaklah tersebar secara merata dan hanya berpusat di kota-kota besar. Jumlah bioskop yang ada sekarang juga jauh dari kata ‘cukup’ untuk bisa menjangkau masyarakat Indonesia yang luas. Kendala biaya pun juga harus dihadapi oleh pembuat film di Indonesia demi bisa mendistribusikan filmnya. “Biaya membuat copy film di Indonesia itu mahal sekali,” ujar Ursula. Keadaan yang memprihatinkan ini membuat konsep ‘meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya’ semakin menggila. “Film Indonesia itu bisa cuma berumur sekitar dua minggu di bioskop. Setelah itu, mereka turun,” tambah Ursula.


Pengalaman Ursula dalam bekerja sama dengan pihak distributor film saat menangani “Generasi Biru” dahulu pun membuahkan gagasan yang berani. “Saya memutuskan untuk mencari sponsor untuk membiayai pemutaran film ini sendiri. Kebetulan “Metemorfoblus” ini kan juga film dokumenter. Biasanya, film dokumenter yang dirilis di jaringan bioskop yang sudah ada itu suka sepi penonton. Jadi, pihak distributor juga punya alasan untuk ragu mendistribusikan film ini. Makanya, saya tidak bisa menyalahkan mereka juga dan memilih menggunakan cara bioskop alternatif,” katanya.


Dalam gerakan bioskop alternatif ini, “Metamorfoblus” akan bergerilya ke tempat-tempat yang relatif layak sehingga pembuat film dan penonton film dapat bertemu dalam sebuah peristiwa bernama pemutaran film. Tujuannya adalah memberikan jembatan yang jauh lebih lebar, antara para pembuat film dan para penonton film, sehingga bisa diapresiasi sebagai sebuah karya seni dan sebuah hiburan yang bisa menghasilkan nilai-nilai ekonomi. Layar tancap adalah salah satu cara yang akan dipakai dalam pola bioskop alternative ini. Pengertiannya adalah layar bisa ditancapkan di mana saja selama tempat itu bisa diterima oleh masyarakat sebagai tempat untuk menonton film.


Film “Metamorfoblus” sendiri memang bukanlah film pertama yang menggunakan konsep ini. Sudah ada beberapa film independen lain di Indonesia yang memulainya dengan memutar film di berbagai komunitas, kampus, dan kineklab. Selain itu, sebuah usaha menambah ruang pemutaran film di Indonesia bernama Bioskop Merdeka pun sudah muncul, walaupun masih berpusat di daerah Jakarta Selatan. Ursula juga menyatakan betapa Slank sendiri mendukung bioskop alternatif ini. ” Musik Slank sendiri juga memiliki semangat indie. Jadi, mereka juga sangat mendukung gerakan indie untuk mendistribusikan film ini.”


Dari kacamata seorang produser, memproduksi sebuah film untuk dirilis dengan cara gerilya tentu memiliki tantangan tersendiri. “Sebagai produser, saya punya tanggung jawab moral dan komersil. Saat menghadapi investor untuk mendanai produksi film “Metamotfoblus”, saya berusaha meyakinkan bahwa penghasilan yang didapatkan dari cara bioskop alternatif ini masih bisa di-generate,” lanjut Ursula. Hasil penelitiannya dari pemutaran “Generasi Biru” dahulu membuat Ursula bisa membuat perkiraan penonton untuk “Metamorfoblus” dan tempat pemutaran seperti apa yang cocok. “Di tempat pemutaran alternatif, ternyata penonton bisa jadi jauh lebih rileks. Di sebuah pemutaran “Generasi Biru”, saya bahkan mendengar penonton nyanyi bersama-sama saat menonton.”


Dalam tahap pertama, roadshow film “Metamorfoblus” ini akan diadakan di 10 kota, meliputi Jakarta, Bogor, Bekasi, Cirebon, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Malang, dan Probolinggo. Kota-kota yang berada di Pulau Jawa tersebut akan menjadi sebuah percobaan sebelum nantinya akan diputar ke wilayah Indonesia lainnya.


“Sebenarnya sudah banyak sekali permintaan untuk pemutaran film ini. Dari Indonesia bagian timur pun juga sudah ada permintaan yang masuk. Bahkan, ada juga yang meminta diadakan pemutaran di anjungan lepas pantai (sebuah bangunan untuk kegiatan eksplorasi atau eksplorasi bahan tambang, minyak bumi, gas bumi, dan lain-lain). Jadi, kalau dianggap penonton Indonesia itu berkurang sebenarnya kurang tepat. Di berbagai tempat di Indonesia, masih banyak calon penonton,” kata Ursula. Ketika ditanya mengenai dampak seperti apa yang diharapkan bisa terjadi kepada perfilman Indonesia, Ursula pun berkata,“Saya berharap akan terciptanya kesadaran kalau penonton itu selalu ada.”


Semoga “Metamorfoblus” dengan gerakan bioskop alternatif bersama film-film lainnya akan membuktikan kalau penonton itu memang selalu ada dan selalu mendukung perfilman Indonesia.

Kisah Tiga Orang Slanker dalam Metamorfoblus

JUDUL: Metamorfoblus, SUTRADARA: Dosy Omar, PEMAIN: Kaka Slank, Bimbim Slank, Abdee Slank, Ridho Slank, dan Ivan Slank.

Grup band Slank yang digawangi Kaka (vokal), Bimbim (drum), Abdee (gitar), Ridho (gitar), dan Ivan (bas) kembali merilis sebuah film dokumentar ala Slank dengan pengambilan sudut pandang kisah tiga orang Slanker (penggemar Slank) dari tiga kota dan kisah yang berbeda.

Film dokumenter berdurasi 90 menit yang bertajuk Metamorfoblus itu diawali dengan kisah Joker Supriadi, seorang Slanker yang juga berprofesi sebagai polisi di Kepulauan Batam. Sebagai penyuka berat Slank, Joker termasuk fanatik. Ini bisa dilihat dari koleksi album dan pernak-pernik Slank yang memenuhi tempat tinggalnya.

Joker yang sehari-hari akrab dengan senjata api, lengkap dengan perawakan yang sangar, nyatanya masih bisa terlarut sambil menitikkan air mata saat Slank menyanyikan lagu Ku Tak Bisa dalam sebuah konser di Batam.

Tak hanya kisah Joker di Batam saja yang diangkat dalam film Metamorfoblus. Selanjutnya ada kisah Adi, Slanker dari Jogjakarta yang berhasil sembuh dari kecanduan narkoba begitu menerima surat spesial berupa motivasi dan pencerahan dari Bimbim dan Bunda Ifet.

Metamorfoblus juga tak luput mengangkat kisah Maksimus, Yepo, Roberto cs dari Kupang yang bersusah payah mengurus passport untuk sekadar menonton konser Slank di Dili, Timor Leste. Sejumlah konflik batin tak ketinggalan disajikan dalam kemasa dokumenter anak-anak Slanker dari Nusa Tenggara tersebut.

Film kedua Slank kali ini tetap pada konsep penampilan gambar seperti di film Generasi Biru. Dengan gambar yang seadanya, tata cahaya yang minimal, Metamorfoblus yang digarap sepanjang tur Slank di 2008 dan telah menghabiskan 200 kaset mini DV, tetap dikemas dengan pesan moral yang sangat berbobot.

Tak ayal Kaka cs tak bisa menampik bahwa dengan Metamorfoblus mereka bisa mengenal sisi lain kehidupan Slank yang belum terjamah. "Ini dokumentasi soal Slankers yang manuisawi sekali, gue melihatnya ada penggemar yang fanatis sekali. Kami hanya manggung dua jam tapi ada penggemar yang menyiapkan persiapan sampai berhari-hari," kata Bimbim usai nonton bareng Metamorfoblus di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Kamis (21/10/2010).

Sisi positif Slanker yang ditampilkan juga tak dapat dibantah oleh Kaka. "Ini banyak perubahan dari anak muda yang sembarangan jadi serius, yang tadinya ngedrugs jadi enggak, yang tadinya bebas mondar-mandir dari Kupang-Dili jadi enggak bebas," ujar Kaka.

Sesuai dengan rencana, Metamorfoblus akan ditayangkan di 10 kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Jogjakarta pada awal November 2010 ini. Namun film garapan sutradara Dosy Omar ini hanya akan diputar di tempat pemutaran film alternatif seperti nonton bareng dan layar tancap.

Metamorfoblus: Film Slank Untuk Slankers

Oleh Ade Irwansyah;
sumber :
ANDA menonton Generasi Biru tahun lalu? Saya nonton. Di bioskop yang sama saya melihat beberapa remaja tanggung yang saya kira pengagum Slank alias Slankers.
Belum sampai dua pertiga film, kumpulan remaja tanggung Slankers keluar bioskop duluan. Ada apa ini? Masak Slankers tak tahan nonton film Slank sampai habis?
Sebetulnya, andai tidak meniatkan diri mengulas filmnya usai nonton, saya juga mungkin akan memilih keluar. Tapi, bagi pengulas film, haram tak nonton film sampai habis lalu memberi nilai.
Walau tak suka, saya tonton Generasi Biru sampai kelar.
Kritik saya pada Generasi Biru adalah bahwa Slank dan Garin Nugroho (sutradaranya) ternyata tak cocok. Dua nama besar itu malah mencipta sebuah chaos ketika kolaborasi bareng. Garin menafsir Slank macam-macam lewat lagu-lagunya yang kemudian dikoreografi ulang. Hasilnya, tak lebih dari video klip yang panjang. Ada Slank begini, Slank begitu mengikuti alunan lagu dalam tafsiran Garin. Di sini berarti, Garin menyuguhi segala simbolisme yang jadi ciri khasnya ke dalam lirik-lirik lagu Slank. Lagu-lagu Slank yang slengean, slebor, tidak canggih, tidak nyastra mendadak jadi mengawang-awang, avant garde, bercita rasa seni tinggi. Hal ini mungkin yang membuat sejumlah Slankers yang menonton bersama saya tak tahan menonton sampai habis. Mereka merasa tak sedang menonton Slank yang mereka akrabi. Mereka malah disuguhi Slank yang nyeni, meliuk menari bak suguhan teater dan tari kontemporer di Taman Ismail Marzuki yang tentu, bukan tempat yang diakrabi kaum Slankers.
Saya tak hendak mengatakan Slank tak boleh “naik kelas” jadi nyeni. Atau, saya juga tak hendak bilang daya tangkap Slankers demikian payah untuk menafsir suguhan Garin. Persoalannya semata karena Garin sendiri yang mencampur aduk berbagai lagu Slank hingga seperti suguhan sejumlah video klip yang masing-masing berdiri sendiri dan tak punya jalinan cerita yang ajeg alias enak untuk diikuti.
Meski begitu, ada bagian di Generasi Biru yang mungkin disuka Slankers. Yakni bagian dokumentasi Slank manggung dan tingkah Slankers di Batam hingga Timor Leste.
Bagian dokumenter Slank adalah hasil kerja Dosy Omar. Tapi, Generasi Biru adalah karya Garin.
Dokumenter Dosy yang lebih pas menggambarkan Slank dan Slankers harus minggir.
Saat nonton Generasi Biru, saya mengidamkan dokumenternya jadi film tersendiri. Syukurlah, sineasnya dan Slank pun berpikiran sama.
Hasilnya bisa kita saksikan kini sebagai film berjudul Metamorfoblus. Inilah jahitan gambar-gambar yang dibuang sayang dan tak muncul di Generasi Biru. Sebagai sebuah jahitan, Dosy Umar menggunakan dua jenis bahan: Slank dan Slankers.
Lewat Metamorfoblus kita melihat personel Slank sampai ke dapur mereka. Kita melihat personel Slank dari mulai bangun tidur, keseharian mereka di rumah, di mobil, manggung, dan macam-macam. Yang paling asyik buat saya adalah saat personel Slank menyanyi di kamar mandi, menyanyikan lagu “Hei Sista.” Lagu ini tak pernah muncul di album Slank manapun. Mencermati lagunya, saya teringat lagu-lagu Beatles saat band itu sedang ketagihan LSD dan terpesona pada budaya India. Aroma bebunyian khas India di lagu “Hei Sista” membawa saya pada Beatles. Dan menontonnya di sini adalah kesempatan langka yang sayang buat dilewatkan.
Selain itu, kepada kita, Slank bicara banyak hal. Terutama soal mereka yang kecanduan narkoba—sebuah topik yang sepertinya tak bisa dilepaskan dari Slank. Kita tahu, hingga awal 2000-an Slank kecanduan narkoba. Kemudian mereka memproklamirkan diri bebas dari narkoba. Yang saya sempat kaget dari film ini adalah sikapnya yang ambigu kepada narkoba. Dalam satu wawancara, Kaka dengan jujur mengatakan narkoba justru memberi kontribusi bagi kreativitas mereka. Ia memberi kredit khusus pada narkoba. Dari pergumulan Slank dengan narkoba, kata Kaka, Slank menghasilkan 9 album.
Kenyataan ini seolah hendak mengatakan narkoba, pada titik tertentu, memang ada gunanya. Bikin kreatif. Jika tak bisa mencernanya dengan jernih jangan-jangan orang malah lari ke narkoba demi kreativitas. Selain itu, ada pula saat-saat Bimbim lebih milih ngebir di ruang karaoke ketimbang pulang usai manggung. Sebagai suguhan gambar, bagian ini ciamik karena menunjukkan sineasnya mendapat keistimewaan bersama Slank setiap saat. Tapi, sebagai sebuah bagian film yang utuh, bagian ini memperlihatkan Slank yang masih akrab dengan hal-hal yang diharamkan (di luar narkoba). Jika ingin memperlihatkan Slank sebagai panutan, bagian ini justru membalikkan niatan itu.
Yang juga kurang lengkap dan ajeg dari dokumenter ini adalah sejarah Slank. Di film ini, sineasnya seolah alpa membahas kelahiran Slank dari awal. Kita langsung disuguhi Slank masa kini dengan Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bas), Abdee (gitar), dan Ridho (gitar). Sineasnya seperti hendak mengandaikan Slank dari dulu ya personelnya yang ada sekarang itu. Padahal, sebagai band yang sudah lebih dari 20 tahun berdiri, Slank punya sejarah panjang gonta-ganti personel. Yang paling menyita perhatian tentu saat Bimbim dan Kaka memecat Bongky, Pay dan Indra sekaligus. Ditengarai, mereka dipecat karena sudah terlalu ketagihan narkoba dan tak fokus lagi pada Slank. Jika ingin menyoroti Slank dalam kubangan naarkoba, peristiwa pemecatan itu mestinya masuk film. Tidaklah sulit mencari potongan berita soal Slank. Apalagi sineasnya dapat all access bersama Slank.
Amat disayangkan bagian sejarah Slank tak muncul barang secuil di film ini. Makna metamorfosis yang diangkat jadi judul sepertinya tidak lengkap karena kita tidak lihat bagaimana Slank bermetamorfosis dari dulu sampai sekarang.
Kendati begitu, Metamorfoblus tetaplah karya ciamik dengan segala kekurangannya itu. Inilah film dokumenter yang berhasil menyoroti Slank sebagai group band rock ‘n roll terbesar yang dipunyai negeri ini. Tak peduli sekarang sedang zamannya musik Melayu, Slank tetap yang terbesar.
Terutama bila kita mengikuti bagaimana tingkah polah Slankers di film ini. Ada sejumlah Slankers yang jadi fokus cerita film. Ada seorang polisi di Batam berambut Mohawk yang punya kartu anggota Slankers. Rumahnya dipenuhi foto dan poster Slank. Ada pula seorang Slankers korban narkoba di Yogyakarta yang pakai narkoba demi meniru Slank dan kemudian sadar berkat surart yang ditulis khusus oleh Bimbim dan Bunda Iffet (ibunda Bimbim yang juga manager Slank) untuknya. Sang ayah pemuda itu berusaha menemui Slank saat konser di kotanya untuk khusus berterimakasih. Melihat sang ayah berpeci menangis saat menonton Slank benar-benar pemandangan yang menggetarkan.
Ada pula kisah kegigihan Slankers Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang sangat ingin menonton Slank di Dilli, Timor Leste. Mereka sampai mendadak bikin paspoor untuk bisa masuk Dilli. Di Kupang, ada 2 orang yang tak dapat paspor. Gagal di Kupang, mereka buat paspor di kota lain.
Sampai di Dilli, kita disuguhi pemandangan yang tak kalah menggetarkan. Slank begitu dipuja oleh pemuda-penuda Timor Leste. Tak ada aura permusuhan di antara dua negara yang pernah berseteru karena pisah tahun 1999 itu. Slank menjadi duta besar rock ‘n roll yang disambut lasngsung sang presiden Timor Leste Xanana Gusmao. Melihat bagaimana Slankers Kupang (Indonesia) dan Slankers Dilli (Timor Leste) bersatu penuh persahabatan sangat mengharukan.
Melihatnya seperti menonton orang-orang yang bahagia sudah menemukan “Pulau Biru” mereka bersama Slank. “Pulau yang indah bagai sorga/Manusia bijaksana hidup penuh dengan kesenangan.” ***
CATATAN: Jangan mencari film ini di bioskop umum. Sineasnya hanya akan memutarnya keliling kota di Indonesia. Dari rilis yang kami dapat, film ini akan diputar unuk umum di Jakarta pada 7 November, Bogor (13 November), Bekasi (14 Oktober), dan Cirebon (20 November). Info soal Metamorfoblus bisa dilihat di situs ini.

METAMORFOBLUS, Film Slank dan Slanker

Tidak lama lagi, akan dirilis sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang Slank dan Slankers. Judulnya Metamorfoblus, judul yang disarankan oleh Kaka Slank pada kesempatan preview di Potlot tersebut berasal dari dua buah kata, yaitu Metamorphosis dan Blues.
Metamorphosis yang berarti perubahan disambungkan dengan kata Blues yang memiliki makna ganda, yakni blues bentuk jamak dari blue (biru) yang bisa bermakna generasi biru atau slank & slankers) dan blues sebuah aliran musik yang juga mempengaruhi musik-musik SLANK. Jadi Metamorfoblus dapat dimaknai sebagai “Perubahan yang terjadi pada generasai biru, perubahan lewat lagu-lagu blues yang dimainkan SLANK”. Perubahan yang terjadi pada diri personil Slank, ditularkan melalui lirik dan lagu dan diamini oleh slankers.
Film ini mendokumentasikan bagaimana seorang slankers dari Bantul, Andi (jangan-jangan baca nih orangnya) yang sebelumnya setiap hari bersama teman-temannya memakai narkoba di rumah bapaknya, Pak Poniran, sementara Bapaknya rajin beribadah. Konflik batin keduanya bahkan nyaris berujung kepada konflik fisik hingga suatu saat , dengan semangat yang diberikan Bunda dan Bimbim melalui sepucuk surat, mampu mendorong Andi untuk berhenti mengkonsumsi narkoba dan kembali menjalin hubungan yang penuh sayang dan hormat dengan bapaknya, Pak Poniran.
Terrekam juga perjuangan slankers Kupang, yang harus mengerahkan segala daya dan upaya untuk mendapatkan paspor, agar bisa datang ke konser Slank di Dili Timor Leste, sementara sebelumya mereka mudah saja bepergian ke Dili. Juga kisah Joker, reserse di Batam yang lebih mengedepankan dialog dan damai daripada kekerasan dalam melaksanakan tugasnya.
Selebihnya, tonton langsung filmnya ya… Jangan kuatir, tidak akan hanya diputar di bioskop di Jakarta. Film ini akan hadir di kota-kota kalian dengan cara yang luar biasa.
Agar tambah penasaran, silahkan tonton trailernya dibawah
http://www.youtube.com/watch?v=qrSJrynHT-o

[Laporan]Jambore Ke-3 Slanker Nasional, Garut





Berangkat dari Potlot kira2 jam 6 pagi (29 Mei 2010) menggunakan truk militer, buat informasi aja yang ikutan dalam rombongan dari Potlot engga cuman dari Potlot aja, ada juga dari Makasar, Manado, Bandung juga Bekasi. Ada kejadian lucu sebelum berangkat, rombongan dari Makasar “menghilang” disaat kita mau berangkat..alhasil kita pun sibuk mencari-cari kemana “hilang”nya mereka..alhamdullilah ternyata mereka berhasil ditemukan dan kita pun berangkat..cabut!!
Setelah sampai di Garut, gw pikir tempatnya sebentar lagi sampai..ternyata tidak!! di Nagrek gw melihat sebuah gunung yang indah dan disaat gw lihat peta gw terperanjat kaget “ah serius..masa diatas sana?”, secara seumur hidup gw..gw belum pernah yang namanya naik gunung dan camping. Dengan modal kenekatan akhirnya gw pun memberanikan diri terus mengikuti jambore ini..JurusTandur!!
Jalanannya itu meliuk-liuk berputar-putar dan mendaki, sampe2 gw nulis di status FB gw gini “ini mo Jambore apa mo latihan teroris?” hahahaha…bener2 jauh dari kota, semakin tinggi udara semakin dingin akan tetapi angin masih terasa terik. Setelah melihat beberapa kali umbul2 dari sponsor akhirnya sampai juga rombongan ke Kawah Kamojang. Awalnya pas gw dateng sih yg ada di dalam pikiran gw “serem amat..di kelilingin hutan semuanya”.
Setelah tiba kita pun di periksa terlebih dahulu oleh panitia, tujuannya adalah supaya para peserta tidak membawa barang2 yang tidak di inginkan (sampe ke gesper loh), setelah di periksa gw pikir gw bisa istirahat langsung..ternyata tidak!! para peserta diajak untuk merasakan segarnya udara disana, tapi kalo buat gw “hiking” ini lumayan ngebikin badan dan kaki gw pegel, maklum ga pernah olahraga nih..hehehe
Sesampai di tempat di pos terakhir, kita langsung di absen kembali dan diberi sebuah kaos, setelah itu pun langsung menempati tenda yg telah disediakan..sampai sorenya kita ngopi2 bareng dulu di warung dekat tenda, ternyata mereka sudah menyediakan paketan nasi kuning seharga Rp.5000,-..tapi sayang dikarenakan di tenda gw ada yang sakit akhirnya gw dan teman-teman sibuk merawat teman kita ini dan terima kasih buat panitia yang mau mengantarkan teman kita yg lainnya yg matanya sakit juga, sampe dianterin ke klinik yg lumayan jauh dari tempat Jambore..pulang2 slanker yg matanya sakit itu langsung di perban matanya dan sudah bisa ketawa-ketiwi lagi.
Sekitar jam 7 malam acara pun dibuka oleh Bunda Iffet dengan memberikan beberapa pencerahan buat Slanker2 di Indonesia, dan di lanjutkan dengan band-band penghibur yang memang didatangkan untuk menghibur para Slanker…acara ini adanya di panggung di bagian atas, karena tempat jambore ini terbagi 2 oleh dataran tinggi dan dataran rendah, dataran tinggi di pakai untuk tempat tenda-tenda dan rendah di pakai untuk parkiran dan acara futsal keesokan harinya. Setelah band terakhir selesai, tiba-tiba para slanker pun langsung bergiliran turun kebawah ke tempat parkiran..ternyata disana sudah disiapkan kayu2 yang siap untuk dibakar untuk acara api unggun.
Slank pun datang dan disambut meriah oleh para slanker2 yg hadir, Slank pun langsung menyalakan api unggunnya bertanda api unggun telah di mulai..setelah Jaddah (crewnya Slank) menyiapkan peralatan untuk Slank, Slank pun langsung menghibur para Slanker yang mengelilingi api unggun..suasanannya keren, remang-remang, dingin..Slank nyanyi..wah pokoknya jarang deh dapetin suasana kayak gitu (beruntung yg bawa pasangannya ikut ke Jambore, pasti bakalan jadi kenangan yg gakan terlupakan)..penutupan di tutup oleh lagu “Terlalu Manis”, disini dikarenakan konsepnya akustikan..suara dari sound systemnya Slank kalah dengan suara para Slanker yg ikut nyanyi bareng..bener-bener merinding bro!! nyesel loe ga dateng..
Selesai acara Slanker pun kembali ke tenda yang telah disediakan untuk istirahat, dan udara disana..dingin gila!! tukang AC gakan laku disana..hahahaha